Inilah Kehidupan Keluarga Saya
Aprilian
Dwi Mustofa (A310120102)
Asuhan
Orang Tua didalam Keluarga
Saya lahir dari keluarga sederhana,
saya memiliki dua saudara, saya lahir pada 24 April 1992. Saya memiliki seorang
kakak, kakak saya bernama Nourma Sulistyaningsih. Kedua orang tua saya
sangat menyayangi saya dan kakak saya, saya sangat senang karena mereka sangat
sabar membimbing dan mengajari saya,
baik dalam berperilaku maupun dalam belajar. Keluarga saya merupakan keluarga
yang bahagia karena keharmonisan dalam keluarga sangat terjaga, sehingga saya
merasa nyaman dalam kehidupan keluarga, karena sosialisasi pertama terjadi didalam
keluarga sehingga kedua orang tua saya selalu menjaga tingkah laku dan ucapan,
sehingga saya bisa belajar dengan baik mengenai tingkah laku dan ucapan melalui
contoh yang biasa dilakukan kedua orang
tua saya.
Dalam berteman pun kedua orang tua
saya selalu selektif mengawasi siapa yang berteman dengan saya, hal tersebut dilakukan
agar saya tidak salah dalam pergaulan, bahkan teman sebaya (peer group) sangat
berpengaruh dalam pembentukan perilaku dan kepribadian. Sehingga orang tua saya
sangat selektif terhadap tumbuh kembang saya dan kakak saya, bukan berarti
orang tua saya terlalu protektif,
tetapi hal tersebut merupakan suatu sikap penjagaan secara dini, agar anak
tidak terjerumus dalam hal yang bersikap menyimpang.
Waktu
masih berada di bangku TK,
orang tua saya selalu sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan atau
pengarahan agar saya dapat tumbuh dan berkembang sebagai anak yang cerdas, dan memiliki rasa percayaan diri tinggi. Bahkan saat
saya berada di bangku SD saya selalu di didik mengenai cara
membaca, menulis dan yang paling penting bimbingan keagamaan yang di perdalam sejak dini, hal tersebut di
lakukan agar saya dapat tumbuh sebagai pribadi yang selalu mengutamakan
kepentingan akhirat dibandingkan
kehidupan duniawi yang bersifat
fana. Ketika saya belajar di bangku SMP orang tua saya sudah mulai kerepotan
mengatasi perilaku saya, karena saya terkena pengaruh teman sebaya (peer group),
sehingga saya menjadi anak yang menyimpang dan berperilaku tidak baik (nakal).
Orang tua saya sangat bersedih melihat perilaku saya yang semakin hari menjadi
anak yang kurang baik karena saya sudah mulai merokok dan hal tersebut sangat
tidak disukai oleh kedua orang tua saya, sejak saat itu saya menjadi perokok
dan orang tua saya selalu mengarahkan saya agar tidak merokok, tetapi saya sudah
terlanjur terbiasa merokok, sehingga untuk menghindari kemarahan orang tua saya,
saya selalu merokok bersembunyi-sembunyi, meskipun saya menyembunyikan kebiasaan
merokok dari orang tua, lama kelamaan kebiasaan saya tersebut diketahui oleh
kedua orang tua saya, sehingga
saya dimarahi tetapi saya tetap terus merokok, mungkin karena jengkel orang tua
saya akhirnya memperbolehkan saya merokok. Sejak SMP saya sudah menjadi perokok
aktif begitu juga saat saya menginjak di bangku SMK saya semakin menjadi nakal
karena pengaruh teman sebaya (peer group). Bahkan saya menyentuh barang haram
yaitu minuman keras, saya juga sering ikut
balapan liar, orang tua saya sangat jengkel menghadapi perilaku saya yang
semakin hari menjadi tidak karuan.
Sehingga saat sudah beranjak di jenjang perkulihan, saya
berusaha untuk memperbaiki perilaku saya menjadi anak yang lebih baik dan
berbakti kepada orang tua.
Saya berusaha agar saya
tidak berperilaku yang dapat membuat resah kedua orang tua saya. Sekarang saya
berhenti minuman keras
dan tidak mengikuti balapan liar lagi, meskipun saya saat ini saya belum bisa berhenti merokok, tetapi paling tidak
saya sudah tidak senakal dulu lagi. Sekarang orang tua saya sudah lega melihat kelakuan saya yang mulai berubah,
saya tidak seliar dulu lagi saya sekarang sudah mulai berfikir mengenai masa
depan saya ke depan.
Saat
ini saya masih berfokus dalam pendidikan saya di PBSID agar saya bisa cepat
menyelesaikan study saya dengan cepat,
dan bisa mendapatkan pekerjaan yang baik,
sehingga saya dapat membahagiakan orang tua saya.
Pengolahan
jati diri dapat dilakukan saat anak sudah beranjak dewasa. Pentingnya
jati diri adalah untuk memberikan suatu pendirian dalam diri seseorang sehingga
tidak mudah terombang-ambing dalam pergaulan kurang baik. Meskipun saya dulu
merupakan anak yang nakal tetapi saya masih tetap mengutamakan
kesopanan terhadap orang lain terutama kepada orang yang lebih tua. Didalam
keluarga selalu bersikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Saya
senang memiliki keluarga
yang bahagia.
Masa
Konflik didalam Keluarga
Meskipun didalam keluarga sering
terjadi konflik tetapi konflik tersebut tidak terjadi berlarut-larut. Konflik terjadi karena adanya perbedaan sikap,
perbedaan sikap tersebut dapat digunakan untuk saling melengkapi dan dapat
menghilangkan rasa jenuh, karena rasa jenuh itu sangat berbahaya jika hadir ditengah-tengah
keluarga dapat menyebabkan terjadinya kehancuran keluarga, sehingga kelurga
saya sangat memperhatikan keharmonisan keluarga agar tidak terjadi rasa jenuh
satu sama lain. Saya berharap agar keluarga tetap bisa menjadi keluarga yang
saling memperhatikan satu sama lain dan dapat menjadi keluarga sakinah, mawadah
dan warohmah untuk selamanya. Yang tidak kalah penting adalah sikap keperdulian antar anggota
keluarga. Saya dapat belajar dari kehidupan keluarga saya saat ini, agar kelak saya juga
bisa seperti ayah dan ibu saya yang selalu bisa menciptakan suasana
keharmonisan didalam keluarga. Saya ingin kelak jika saya memiliki keluarga
saya dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga dan tetap bisa manjaga
kerukunan agar tercipta keluarga yang damai, tentram dan sentosa.
Memang tidak mudah untuk
menciptakan kebahagiaan yang abadi, tetapi kebahagiaan dapat diraih dengan
adanya rasa saling mengerti agar tidak memicu terjadinya konflik antar anggota
keluarga. Meskipun berusaha untuk mempertahankan keharmonisan tetapi tetap saja
konflik itu sering terjadi didalam anggota keluarga saya, meskipun konflik
tersebut terjadi tidak begitu lama tetapi dengan adanya konflik dapat
menyebabkan resah dan timbul rasa ketidaknyamanan didalam keluarga.
Konflik yang sering terjadi didalam
keluarga itu tidak baik karena konflik dapat merusak perkembangan pola fikir
anak. Sehingga seharusnya ketika kedua orang tua sedang ada konflik tidak
memperlihatkan konflik yang terjadi didepan anak, karena jika anak mengetahui
orang tuanya sedang berkonflik anak tersebut dapat merasa kebingungan dan dapat
menimbulkan setres. Sehingga anak yang sering melihat orang tua yang sedang
berkonflik anak tersebut dapat bersifat keras dan mudah marah, saya pernah
melihat orang tua saya yang sedang berkonflik, saat itu saya merasa sangat
tertekan melihat kegaduhan didalam rumah. Orang tua saya sadar bahwa konflik
yang terjadi diantara mereka membuat saya menjadi merasa sedih, tertekan dan stres
sehingga setelah kejadian tersebut saya menjadi anak yang mudah takut dan
merasa tidak memiliki rasa percaya diri tinggi, karena yang saya rasakan adalah rasa
tertekan karena terjadinya konflik diantara kedua orang tua saya. Melihat tingkah
laku saya yang menjadi anak tidak memiliki percaya diri dan mudah takut. Orang
tua saya terlihat sangat sedih, karena
saya berubah menjadi anak yang tidak seaktif dulu dan orang tua saya selalu
berusaha memperlihatkan keharmonisan dalam keluarga agar saya bisa menjadi
pribadi yang aktif dan memiliki rasa percaya diri. Saya berharap agar orang tua
saya bisa menjadi harmonis dan tidak
ada konflik yang terjadi ditengah-tengah keluarga.
Hal yang memicu terjadinya konflik
dalam keluarga adalah kurangnya rasa saling pengertian satu sama lain, masalah
ekonomi, adanya rasa kecemburuan dan lain-lain. Bukan hanya ayah dan ibu yang
sering berkonflik tetapi terkadang saya dan kakak saya juga sering berkonflik
karena alasan yang tidak begitu jelas tetapi lama-kelamaan saya meminta maaf
terlebih dahulu agar tidak terjadi konflik berlarut-larut antara saya dan
kakak. Saya juga pernah berkonflik dengan ibu saya, biasanya dikarenakan sifat saya yang mudah marah
kepada ibu, karena ibu sangat cerewet dan terkadang ibu emosi ketika saya
datang ke rumah terlambat. Seharusnya ibu mengerti bahwa saya sudah bukan anak
kecil lagi,
tetapi ibu terkadang masih memperlakukan saya seperti anak kecil dan hal
tersebut yang sering menyebabkan terjadinya konflik antara saya dan ibu. Tapi
saya mengerti kenapa ibu marah ketika saya datang kerumah terlambat mungkin
karena ibu mengkuawatirkan saya dan saya juga
meminta maaf kepada ibu agar konflik antara saya dan ibu tidak terjadi
berlarut-larut.
Ayah dan saya juga pernah terjadi
konflik, hal yang menyebabkan saya dan ayah berkonflik karena saya sangat boros
sehingga ayah sangat marah kepada saya, terkadang saya sudah malu meminta uang
kepada ayah karena saya sekarang sudah bukan anak kecil lagi, tetapi jika saya
ingin mencari uang untuk biaya kuliah saya belum bisa menghasilkan uang
sendiri karena mencari pekerja tidak
mudah dan saya juga masih kuliah semester 2. Tetapi saya berusaha agar saya
tidak terlalu boros dalam pengeluaran sehari-hari agar saya tidak terlalu
membebani perekonomian keluarga. Terkadang
ayah memahami
permasalahan pengeluaran
tersebut dan ayah tidak emosi menghadapi permintaan yang saya ajukan. Keluarga
saya memang sering terjadi konflik meskipun konflik terebut tidak terjadi lama
tetapi cukup membuat resah. Konflik yang sering terjadi didalam keluarga pemicu
utamanya karena perbedaan sikap , karena sikap saya nakal,jail,dan tidak sabaran terkadang saya
sangat keras bahkan bisa
main tangan kepada
orang yang membuat resah saya,dan sangat tidak menyukai jika melihat orang yang tidak saling
menghargai satu sama lain terutama kepada orang yang lebih tua. Saya
juga memperhatikan keluarga besar saya
agar saling hidup rukun berdampingan dan tidak berkonflik, tapi saya belum bisa mewujudkan hal
tersebut, karena
pada kenyataanya masih sering terjadi konflik antar anggota keluarga karena kurangnya pengertian
antar anggota keluarga.
Karakter
Keluarga
Sifat
ayah saya keras kepala, tidak sabaran,
ayah memang orang yang tidak banyak bicara tetapi ayah sangat perhatian
terhadap anak-anaknya, ayah memang mudah marah ketika disinggung beberapa
masalah tentang keluarga tetapi jika ayah sudah mendengar penjelesan yang jujur
dan serius ayah akan memahaminya. Ayah tipe orang yang bisa dibilang galak
tetapi ayah orangnya sangat perhatian dan dapat menjadi kepala keluarga yang
berwibawa dan ayah sangat disegani oleh semua anggota keluarga, tetapi tidak
ada manusia terlahir sempurna setiap memiliki kelebihan pasti memiliki kekurangan
begitu pula dengan ayah. Saya sangat sayang kepada ayah dengan semua kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki ayah, saya berharap agar kelak saya bisa mewarisi
sifat ayah dan saya bisa menjadi kepala keluarga yang berwibawa dan disegani seperti
ayah.
Sifat ibu justru
berbanding terbalik dengan sifat ayah, ibu sangat lemah lembut, sabar,
selalu memperhatikan anggota keluarga.
Ibu adalah tipe orang
yang penyayang dan sangat protektif kepada keluarga, meskipun ibu terkadang
marah dan sangat cerewet kepada saya dan
anggota keluarga lainya, mungkin hal tersebut dilakukan ibu karena ibu sangat
menyayangi saya dan keluarga. Ibu memang
bagaikan malaikat penyelamat bagi saya dan keluarga, saya menyadari bahwa ibu orang
yang selalu memberi
kasih sayang dengan tulus kepada saya. Saya sangat bersyukur karena telah dianugrahi
seorang ibu yang sangat baik dan penyayang. Saya memiliki kakak yang sangat tempramental,
galak tetapi kakak saya orangnya sangat perhatian kepada anggota keluarga
lainya. Kakak masih tetap memperhatikan saya meskipun terkadang saya dan kakak
bertengkar tanpa sebab jelas tetapi
hubungan kekeluargaan antara saya dan kakak masih terjalin dengan baik.
Perbedaan sifat didalam keluarga
saya memang terkadang mendatangkan konflik tetapi sebenarnya perbedaan tersebut
dapat saling melengkapi satu sama lain sehingga agar tercipta sifat saling
melengkapi dibutuhkan adanya sifat saling pengertian antara satu sama lain, sehingga
tercipta kaharmonisaan didalam keluarga, menciptakan keluarga yang harmonis itu
tidak mudah karena didalam kehidupam manusia tidak selamanya dapat berjalan
mulus pasti ada cobaan yang datang silih berganti.
Keharmonisan
Keluarga
Suatu keluarga
dapat dikatakan harmonis jika didalam suatu keluarga itu bisa terhindar dari
konflik yang berkepanjangan karena konflik yang berkepanjangan dapat
menyebabkan pertikaian antar anggota keluarga yang lama-kelamaan pertikaian
tersebut menyebabkan suatu perpecahan. Mungkin saat ini masih banyak orang yang kurang perduli
terhadap keharmonisan keluarga mungkin karena sibuknya jadwal pekerjaan
sehingga lupa akan kasih sayang kepada keluarga, hal tersebut jika masih kurang
diperhatikan lama-lama akan memicu terjadi perpecahan didalam suatu keluarga.
Sehingga ayah saya sangat memperhatikan
keluarga, meskipun ayah sibuk dengan pekerjaanya tetapi ayah tetap selalu ingat akan tuntutan kasih sayang untuk
keluarga, Saya berharap keluarga saya dapat harmonis untuk selamanya.
Itulah sepenggal hidup saya yang
mungkin bisa menjadi pelajaran, terutama bagi saya sendiri. Saya mengharapkan masukan-masukan dari anda yang
mungkin bisa saya lakukan untuk menjadi yang lebih baik dari sekarang.
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas masukan-masukan yang anda berikan
karena itu semua sangat bermanfaat bagi hidupku. Jika ada salah kata saya mohon
maaf.